EBEG BANYUMASAN
Disusun
oleh
NAMA : Desrian Prima Guna
NPM : 11112897
KELAS : 1KA19
Kata
pengantar
Puji
syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan segala – galanya baik berupa iman,
rizki dan kesehatan. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. juga berkat kedua orang tua
saya yang selalu mendoakan agar selalu dijaga dan dilindungi oleh allah swt. Berkat
itulah semua makalah ini dapat diselesaikan . makalah kali ini saya ingin
memperkenalkan ebeg atau ada yang bilang kuda lumping dari daerah banyumasan
jawa tengah. Mari kita jaga dan lestarikan budaya kita.
Pendahuluan
A. Latar
belakang
Karena
perkembangan jaman dan globalisasi yang menyebabkan mudahnya masuk budaya luar
, sehingga budaya sendiri yang kurang modern tersingkirkan oleh budaya asing. Padahal banyak turis asing yang datang ke indonesia
untuk menikmati dan mempelari budaya kita, massa kita sebagai pemilik budaya
tersebut malah melupakannya. Bukankah kita akan bangga jika budaya kita sendiri
dapat tenar di negara orang.
B. Maksud
dan Tujuan Penulisan
Nah kali
ini saya ingin memperkenalkan ebeg atau sering disebut kuda lumping, padahal
ebeg beda dengan kuda lumping. Ebeg merupakan kesenian sejenis kuda lumping
yang menggunakan ilmu gaib sebagai sarana keseniannya. Peralatannya yang
digunakan ebeg juga hampir sama yang digunakan kuda lumping . karena banyak
yang belom tahu tentang ebeg saya ingin memperkenalakan kesenian daerah
banyumasan , Jawa tengah ini.
Bab
1
Pengenalan
ebeg
Ebeg
Merupakan salah satu bentuk tarian rakyat yang berkembang di daerah banyumas.
Jenis tarian ebeg terdapat juga di luar daerah Banyumas khususnya di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Dengan nama yang berbeda yaitu ada yang menyebut Jarang
Kepang, Kuda Lumping, dan Jathilan. Di Ponorogo disebut Reog. Walaupun namanya
tidak sama namun dilihat dari gerak tari dan peralatan tidak jauh berbeda.
Sejarah
ebeg
ebeg
merupakan jenis tarian rakyat yang cukup tua umurnya. Lahir di
tengah-tengah rakyat pedesaan dan jauh dari istana. Ada beberapa versi mengenai
lahirnya jaran kepang. Masyarakat kediri dan malang umumnya berpendapat bahwa
jaran kepang lahir sejak zaman kerajaan Kediri. Atau paling lambat sejak
awalnya kerajaan majapahit. Jaran kepang itu lambang kegagahan Raden
Panjikudhawenengpati disaat menaiki kuda.
Di
daerah ponorogo masyarakat berpendapat lain, ebeg adalah pengembangan dari seni
reog. Pendapat masyarakat daerah Tuban dan Bojonegoro lain lagi, mereka
cenderung mengatakan bahwa jaran kepang lahir sesudah tewasnya Ranggalawe
ketika bertempur melawan Majapahit. Jaran kepang menggambarkan pengikut setia
ranggalawe . dan masih ada beberapa versi di daerah lain seperti semarang yang
berpendapat ebeg menggambarkan kegagahan tentara islam demak.
Masyarakat
Banyumas berpendapat bahwa ebeg dahulunya merupakan tarian sakral yang biasa di
ikut sertakan dalam upacara keagamaan. Umurnya sudah sangat tua. Setiap regu
jarang kepang terdiri dari 2 kelompok dengan 2 orang pemimpin. Ada dua warna
kuda putih dan kuda hitam. Kuda yang berwarna putih menggambarkan pemimpin yang
menuju kebenaran sejati. Sedangkan kuda berwarna hitam menggambarkan pemimpin
yang menuju kejahatan. Pada trik-trik tertentu dalam permainan kedua pemimpin
itu bertemu dan saling menggelengkan kepala. Hal ini menunjukan bahwa antara
kebenaran dan kejahatan tak dapat bertemu. Kemudian mundur beberapa langkah,
maju lagi sesaat ketemu menggelengkan kepala begitulah seterusnya dengan
gerak-gerak lain.
Bab
2
STRUKTUR
EBEG BANYUMAS
Ebeg dapat
dipergelarkan di tempat yang cukup luas seperti pelataran, lapangan atau
halaman rumah yang luas. Waktu permainan siang hari dan lamanya antara 1- 4
jam. Jumlah penari 8 orang atau lebih dua orang berperan sebagai Penthul – Tembem. Satu orang sebagai
pemimpin dan 7 orang sebagai penabuh gamelan. Jadi 1 group ebeg bisa
beranggotakan 16 orang atau lebih.
Ciri-ciri
ebeg banyumas antara lain; memakai mahutha, pakainnya lebih tertutup dan di
iringi lagu-lagu banyumasan, Iringan gending-gending tersebut biasanya yaitu :
Ricik-ricik, Lung Gadung, Blendhong, Gudril, Eling-eling yang menjadi andalan
dalam setiap pentas ebeg banyumasan dan lagu lainnya.
Ebeg
nyata-nyata ada dan merupakan kesenian yang sangat merakyat. jadi kalau mau
mengobrak-abrik ebeg tentu akan berhadapan dengan suara rakyat. setuju atau
tidak nyata-nyata kesenian ini ada di banyumas dan mau tidak mau harus tetap di
lestarikan sebagai warisan budaya banyumas. tetap semangat berkarya dan
melestarikan kebudayaan asli indonesia.
Atraksi
Di dalam suatu sajian Ebeg akan melalui satu adegan
yang unik yang biasanya di tempatkan di tengah pertunjukan. Atraksi tersebut
sebagaimana dikenal dalam bahasa Banyumasan dengan istilah Mendhem (in
trance). Pemain akan kesurupan dan mulai melakukan atraksi-atraksi unik.
Bentuk atraksi tersebut seperti halnya: makan Beling atau pecahan kaca,
makan dedaunan yang belum matang, makan daging ayam yang masih hidup, berlagak
seperti monyet, ular, dan lain-lain.
Alat musik
Pertunjukan
Ebeg biasanya diiringi dengan alat musik yang disebut Bendhe. Alat musik
ini memiliki ciri fisik seperti gong akan tetapi berukuran lebih kecil terbuat
dari logam
Perkembangan terkini
Akibat
perkembangan budaya di Banyumas dan orentasi suatu seni pertunjukan juga yang
dalam tahap awal merupakan sarana ritual telah bergesear pada bisnis seni
pertunjukan, pembenahan dalam Ebeg pun segera dilakukan. Penataan pada Ebeg
yang dapat meliputi bentuk iringan, penghalusan gerak tari, kostum ataupun
propertinya banyak dilakukan oleh seniman Banyumas.
Bab
3
Kesimpulan
Ebeg
merupakan kesenian daerah banyumasan, jawa tengah. Ebeg sejenis dengan kunda
lumping, kepang dan reog, dalam penggunaan ilmu gaib, alat musik dan alat yang
digunakan. Pertujukan ebeg biasanya diiringi dengan alat musik yang disebut
bendhe. Jumlah penari 8 orang atau lebih dua orang berperan sebagai Penthul – Tembem. Satu orang sebagai
pemimpin dan 7 orang sebagai penabuh gamelan. Jadi 1 group ebeg bisa
beranggotakan 16 orang atau lebih. Ebeg biasaanya diadakan pada hari hari besar
seperti idul fitri.
http://bms.web.id/berita-205-ebeg-kesenian-tradisional-banyumas.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ebeg
0 komentar:
Posting Komentar